Cari Blog Ini

SISI LAIN CALON PEWARIS TAKHTA NEPAL

Artikel ini masih merupakan rangkaian dari tragedi kerajaan Nepal. Kisah di bawah ini merupakan kutipan dari isi buku "Maile Dekheko Darbar" yang ditulis oleh Vivek Kumar Shah, mantan sekretaris militer Nepal di era kepemimpinan Raja Birendra.




Buku Maile Dekheko Darbar




Aku bertemu untuk pertama kalinya dengan Pangeran Dipendra di dalam istana, ketika ia masih berusia tiga tahun. Raja Birendra dan Ratu Aishwarya di kala itu sedang disibukkan dengan berbagai kegiatan kenegaraan. Dipendra yang kurang mendapat perhatian dari orangtuanya seringkali diasuh oleh para pengasuh dan beberapa pembantu istana. Ia tidak diizinkan untuk terlalu bergaul dengan anak-anak sebayanya. Ia tidak mendapatkan pengawasan yang cukup sebagai seorang calon raja Nepal di masa depan. Dia tidak tahu bagaimana caranya untuk bertingkah normal. Dia sangat suka memukul orang-orang hingga mereka menangis. Semua itu ia nikmati, sehingga ia tumbuh menjadi pribadi yang eksentrik dan keras kepala. Aku hanya bisa menyaksikan apa yang diperbuatnya.




Hubungan antara ibu dan anak seharusnya penuh dengan cinta dan kehangatan. Namun aku tidak menemukannya pada hubungan antara Dipendra dan ratu. Keduanya sering bersitegang. Mereka sama-sama keras kepala serta tidak ingin mengalah. Aku hafal dengan sifatnya. Aku melihat sendiri bagaimana ia sering melakukan tindakan-tindakan sadis.



Ketika ia masih bersekolah di TK, kami mengawalnya ke sekolah. Ia tidak ingin pergi ke sekolah, namun ibunya memaksanya. Apabila ia menolak untuk pergi ke sekolah, biasanya ratu akan memarahinya dan memukulinya. Seringkali ia juga ingin melompat keluar dari mobil yang membawanya ke sekolah.



Dipendra juga seringkali mengisengi para ajudannya. Dia sering merusak beberapa benda di kantor ajudan. Jika seorang ajudan tidak menuruti perintahnya, maka ia akan memukul dan menendang ajudan tersebut. Seringkali ia melakukan itu padaku. Ia menjulukiku sebagai "Ajudan Berbahaya". Ia benar-benar anak manja yang nakal.



Alasan ia dikirimkan ke asrama sekolah Budhanilkantha ialah agar ia mendapatkan didikan yang lebih baik. Namun justru ia dapat bertingkah sekehendak hatinya di sekolah dengan memanfaatkan posisinya sebagai seorang putra mahkota. Ia sangat menikmati hal itu. Ia mulai mengonsumsi minuman keras dan merokok ketika ia duduk di kelas 7. Kami juga mendengar bahwa ia memimpin sebuah grup yang suka berkelahi di sekolah Siddhartha Bansathali. Ia memiliki hobi membentuk tubuh, serta berminat pada olahraga tinju dan karate.




Kedekatan antara Dipendra dan kedua orangtuanya semakin merenggang setelah ia mulai masuk ke sekolah. Orangtuanya selalu membatasinya, namun ia memperoleh apa yang ia inginkan dari luar. Sedari kecil ia sudah senang menyakiti makhluk hidup. Ia berburu merpati dengan ketapelnya, lalu menyiksa burung itu hingga mati. Jika ia berhasil menangkap seekor tikus, ia akan meletakkannya di perapian dan membiarkannya mati.




Dia juga memiliki sisi lain yang dapat dibanggakan. Dia senang berpelesir dan menulis puisi. Beberapa guru sastra Nepal dibayar untuk menggali bakat sang pangeran. Pernah ketika masih kelas 6 SD, ia mendatangiku dan berkata, "ibu selalu memerintahkanku untuk berbuat ini-itu. Bisakah kau menegurnya?" Aku tidak mampu membantunya pada saat itu.



Ketika sudah besar, ia jatuh cinta pada Supriya Shah. Ratu mengetahui hal itu dan mungkin bertanya padanya mengenai hubungan mereka berdua. Dipendra tidak menyukai itu. Ratu tidak menyetujui hubungan tersebut karena jarak kekerabatan mereka yang amat dekat. Supriya merupakan cucu dari saudari kandung Ibu Suri Ratna. Saya sendiri pernah mendengar ratu berkata seperti ini : "Supriya tidak layak untuk menjadi seorang ratu." Ibu Suri tidak keberatan dengan hubungan tersebut. Raja Birendra hanya bersikap netral atas hal itu.



Dipendra bertemu dengan Devyani ketika ia sedang menjalani studi di Eton. Dia kembali menjalin hubungan dengan Supriya meskipun masih berpacaran dengan Devyani. Namun pihak istana menolak hubungannya dengan Devyani karena ia memiliki setengah darah India.



Ia pernah menjalin hubungan asmara dengan seorang gadis Jepang yang ditemuinya semasa di Eton. Gadis itu sering pergi ke Nepal untuk menjumpainya. Pernah saat itu mereka sempat bertengkar hebat ketika bertemu di Nepal. Ajudan Dipendra, Gajendra Bohora mengantarkannya ke bandara. Di dalam perjalanan ke bandara, gadis itu berkata pada Bohora: "Putra mahkota kalian itu benar-benar tidak waras! Ia akan mati dengan cara yang mengenaskan."


Aku Berusaha Tegar


oleh: VIVEK KUMAR SHAH



Vivek Kumar Shah




Hal itu sama sekali tidak pernah terbayangkan olehku, membuatku benar-benar terkejut. Sesaat setelah mendapatkan kabar mengenai apa yang telah terjadi pada malam itu, jantungku serasa berhenti berdetak. Aku segera bergegas pergi ke rumah sakit militer di Chhauni. Di sana aku menyaksikan sendiri bagaimana jasad para anggota keluarga kerajaan sudah tidak berbentuk sempurna. Aku tak dapat menggambarkan dengan tepat pemandangan yang terpampang di hadapanku kala itu. Sebagai seorang ajudan istana, aku harus mampu menyingkirkan segala emosi yang kurasakan. Tak ada waktu untuk berduka, sebab aku harus terus berpegang pada tugas yang kuemban. Aku menghubungi perdana menteri untuk mengabari apa yang telah terjadi.



Aku turut bekerja dengan tim penyelidik. Waktu itu kukatakan pada mereka, sebagaimana juga yang ingin kukatakan sekarang, yaitu bahwa Pangeran Dipendra yang telah melakukan itu semua. Namun beragam teori konspirasi tak akan lantas menghilang begitu saja. Tapi apa yang telah mendorong sang putra mahkota untuk melakukan tindakan itu?




Laporan menyebutkan bahwa Pangeran Dipendra melakukan serangan membabi buta dalam kondisi mabuk dan teler akibat mengonsumsi alkohol dan obat terlarang. Itu tidaklah benar. Kami tidak pernah melihatnya minum pada saat itu. Ia juga tidak jatuh pingsan. Mungkin-mungkin saja kalau ia merasa tertekan sebelum menjalankan aksinya. Namun ia melakukannya dalam keadaan sadar sepenuhnya. Buktinya, lihat saja beberapa panggilan telepon yang dilakukannya dan percakapannya dengan orang-orang pada saat itu! Ia hanya berpura-pura mabuk.



Memang benar bahwa ia sangat berambisi untuk menjadi seorang raja. "Jika aku tidak menjadi seorang raja, maka yang lain pun tidak boleh menjadi raja," ujarnya padaku suatu kali. Namun pada saat itu aku hanya menganggapnya sedang bercanda. Ia sangat tidak sabar untuk menduduki takhta raja. Sedikitpun tidak pernah terlintas di pikiranku kalau semuanya akan seperti ini jadinya. Bahkan sampai saat ini, perasaanku akan hancur apabila teringat akan kejadian malam itu.




-Vivek Kumar Shah mengabdi sebagai sekretaris militer di istana pada masa ketika tragedi itu terjadi.-



(Sumber: Nepalitimes.com)





Baca Juga:


1)Tragedi Asmara Putra Mahkota Nepal



2)Mimpi Buruk Ketaki Chester



3)Gyanendra dan Isu Kudeta


4) Pembantaian Kot-- Tumbal Jiwa Demi Sang Kekasih Gelap



5) Asmara ataukah Konspirasi Terencana?-- Rahasia di Balik Tragedi Nepal

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "SISI LAIN CALON PEWARIS TAKHTA NEPAL"

Posting Komentar