Cari Blog Ini

KEANGKERAN ISTANA NARAYANHITI HINGGA RAMALAN RUNTUHNYA KERAJAAN NEPAL

Narayanhiti



Tragedi pembantaian keluarga kerajaan Nepal pada tahun 2001 meninggalkan beberapa hal yang memilukan sekaligus menyisakan tanda tanya di tengah-tengah penyebabnya yang masih kontroversial. Bukan hanya teori konspirasi yang beredar, beberapa pihak yang masih mempercayai hal-hal yang ada di luar batas pemikiran manusia mulai menghubungkan peristiwa tersebut dengan berbagai hal yang mistis dan bersifat supranatural. Istana Narayanhiti, tempat dimana tragedi tersebut terjadi disebut-sebut sebagai sebuah lokasi yang dipenuhi kutukan dan aura negatif. Konon setelah peristiwa tersebut terjadi, beberapa warga yang tinggal dan melintas di sekitar istana tersebut mengaku sering mendengar suara jeritan ketakutan orang-orang yang berteriak minta tolong.


Jika menengok ke masa lalu, tragedi yang terjadi pada tahun 2001 itu bukanlah satu-satunya tragedi yang "melumuri" dinding dan lantai istana Narayanhiti dengan darah. Terhitung sudah beberapa kali konflik dan intrik di dalam perjalanan waktu kerajaan tersebut yang memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Hal-hal tersebut disinyalir semakin menjadikan istana Narayanhiti menjadi sebuah pintu masuk menuju dimensi lain yang dapat membawa aura jahat bagi siapapun yang menghuninya.


Dulunya, istana ini merupakan rumah kediaman para perdana menteri Nepal. Pada tahun 1885, sebuah kudeta terjadi. Perdana menteri Ranodip Singh tewas dibunuh oleh para keponakannya-- Khadga Shumsher, Chandra Shumsher, dan Dambar Shumsher, di salah satu sudut istana Narayanhiti. Setelah kematiannya, para keponakannya itu mengambil alih pemerintahan kerajaan Nepal dan menambahkan nama Jung Bahadur di depan nama mereka untuk mengambil hati pemerintah kolonial Inggris.


Selain keangkerannya, beberapa orang juga mengaitkan keruntuhan monarki Nepal dengan ramalan kuno yang berusia lebih dari dua abad. Sebuah legenda tua di Nepal konon mengisahkan kutukan yang ditujukan bagi dinasti yang memegang kerajaan Nepal. Dikisahkan bahwa pendiri kerajaan Nepal, sekaligus raja pertama Nepal-- Prithvi Narayan Shah, sedang mengadakan perjalanan menuju ke lembah Kathmandu untuk menundukkan kerajaan-kerajaan kecil. Di tengah jalan, ia bertemu dengan seorang pertapa. Ia memberikan dadih kepada si pertapa. Pertapa tersebut memakannya, lalu memuntahkannya kembali. Ia memberikan dadih yang sudah dimuntahkannya itu kepada raja Prithvi untuk dimakan. Namun sang raja yang merasa jijik segera membuang dadih itu ke tanah, sehingga melumuri jari-jari kakinya. Melihat keangkuhan raja itu, marahlah si pertapa. Ternyata si pertapa merupakan dewa Gorakhnat yang sedang menyamar. Ia mengatakan bahwa apabila seandainya saja sang raja mau memakan dadih itu, maka seluruh keinginannya akan terpenuhi. Namun karena ia menolak dan membuangnya, maka sang dewa mengutuknya. Sepuluh jari kaki raja yang tertutup oleh lumuran dadih dikatakan Gorakhnat sebagai perlambang bahwa kelak kerajaan yang didirikan oleh Prithvi akan berakhir setelah keturunannya yang ke-10 memegang kekuasaan.


Entah kebetulan atau tidak, namun jika ditilik dari garis keturunan, Raja Birendra dan Gyanendra yang segenerasi merupakan keturunan Prithvi yang ke-10. Dipendra yang koma memang sempat diangkat sebagai raja de jure dan meninggal tanpa sempat memerintah. Begitupun jika dilihat dari urutan raja yang menduduki takhta Nepal, Birendra merupakan raja ke-10, dimana pada masa pemerintahannya bisa dikatakan bahwa Nepal dikelola dengan baik dan lebih makmur. Namun setelah ia wafat, tanda-tanda awal keruntuhan monarki mulai tampak. Dipendra tak mampu meneruskan karena kondisinya, sementara sang adik, Gyanendra, tidak mampu mengelola pemerintahan dengan baik, sehingga berakibat pada berakhirnya kerajaan Nepal secara sah pada tahun 2008.


Ramalan lainnya datang dari seorang peramal mengenai kisah asmara Dipendra. Sebuah ramalan pernah muncul di surat kabar Nepal yang menyebutkan bahwa apabila Dipendra menikah sebelum ia berusia 35 tahun, maka raja dan ratu akan meninggal. Ramalan tersebut memang tidak digubris pihak istana. Namun pasca tragedi 2001, beberapa rakyat yang mempercayai ramalan tersebut meyakini bahwa Dipendra dan Devyani pernah melangsungkan pernikahan secara diam-diam di sebuah kuil di India lantaran cinta mereka tak direstui (Lihat kisahnya di sini).


Keangkeran dan ramalan yang beredar di kalangan masyarakat Nepal tersebut mungkin saja adalah sebuah kebetulan ataupun memang benar menjadi "faktor pencetus" atas kejadian-kejadian berdarah yang terjadi di Narayanhiti. Namun nyatanya, hal-hal tersebut berhasil membumbui kisah-kisah di balik berakhirnya monarki Atap Dunia.


(Dari berbagai sumber)

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "KEANGKERAN ISTANA NARAYANHITI HINGGA RAMALAN RUNTUHNYA KERAJAAN NEPAL"

Posting Komentar