(Artikel ini merupakan rangkaian dari "Tragedi Kerajaan Nepal.")
Awal Pertemuan dengan Devyani
Dipendra Bir Bikram Shah Dev merupakan sosok yang sempurna bagi seorang calon raja Nepal di masa depan. Kepribadiannya yang sopan dan ramah, serta pesona ketampanannya menjadi buah bibir di antara kalangan gadis Nepal pada masa itu.
Dipendra mulai menjalani studi di Eton College, Inggris, pada tahun 1987. Selama tinggal di Inggris, Dipendra memiliki seorang pengawal yang merupakan seorang bangsawan Inggris yang bernama Sir Jeremy Bagge. Putra dari sang pengawal, Charles, merupakan sahabat Dipendra pada masa itu. Charles juga merupakan teman sekelas Dipendra di sekolah bangsawan tempat mereka menuntut ilmu.
Shelley, saudari Charles, mengundang seorang teman karibnya yang merupakan putri seorang bangsawan kaya dari Nepal, Devyani Rana. Devyani pun dikawal oleh ayah Shelley selama ia menjalani hari-harinya di Inggris. Hingga suatu hari, tanpa diduga ia berjumpa dengan calon pewaris takhta kerajaan Nepal di kediaman sahabatnya itu.
Hari itu Dipendra sedang berkunjung ke rumah sahabat karibnya. Ia bertemu dengan seorang gadis Nepal yang juga sedang bertamu di rumah itu. Tidak butuh waktu lama bagi Dipendra untuk tertarik pada kecerdasan, keanggunan serta pesona kecantikan yang dipancarkan sang dara. Karena seringnya bertemu, akhirnya kedua insan itu saling memadu kasih.
Kedua sejoli yang sedang dimabuk asmara itu menyembunyikan hubungan percintaan mereka dari keluarga masing-masing. Pernah suatu kali di hadapan Charles dan Shelley, sang putra mahkota memuji sang kekasih dan mengatakan bahwa ia sangat pantas menjadi ratu Nepal kelak di masa depan. Wanita mana yang tidak luluh dengan pujian yang demikian dari sang kekasih.
Mendapat Pertentangan dari Pihak Istana
Devyani Rana, kekasih pangeran Dipendra.
Hubungan mereka semakin bertambah mesra, hingga setelah tahun 1993/1994, pihak istana mulai mengendus adanya percintaan di antara sang pangeran dan Devyani. Namun pihak keluarga Devyani sama sekali tidak menyadari hal itu.
Pada tahun 1995, menjelang pernikahan Urvashi Rajya Laxmi— kakak tertua Devyani, dengan putra seorang pengusaha kaya India dilangsungkan, orangtua Devyani mengajukan lamaran atas nama putrinya yang belum menikah kepada pihak istana. Mereka tidak tahu kalau anak yang mereka ajukan justru sedang menjalin hubungan dengan sang putra mahkota. Disebutkan bahwa raja dan ratu sempat mengabaikan proposal tersebut, dengan alasan bahwa mereka tidak ingin buru-buru menikahkan Dipendra.
Setelah beberapa saat, akhirnya pihak istana memilih tiga kandidat kuat gadis yang dirasa cocok sebagai calon pendamping hidup bagi Dipendra. Devyani Rana salah satunya. Meski mereka tahu bahwa sang pangeran sangat mencintai Devyani, justru pihak istana lebih menginginkan Supriya Shah yang menjadi pasangan sang putra mahkota. Shree Rajya Laxmi Devi Shah— nenek Dipendra dari pihak ibu, dipercayakan untuk menyeleksi para kandidat.
Menurut sebuah sumber, pernah suatu kali, nenek Dipendra berbincang dengan ibunda Devyani— Rani Usha Raje Scindia, untuk membicarakan tentang keseriusan mereka di dalam mengajukan Devyani sebagai calon pendamping Dipendra. Ibunda Devyani yang masih belum mengetahui tentang hubungan sang anak dengan putra mahkota Nepal, dengan santainya mengisahkan bahwa putrinya itu merupakan gadis yang terbiasa dibesarkan dengan penuh kemewahan. Ia juga membanggakan darah sang anak yang merupakan cucu George Jivajirao Scindia, maharaja terakhir dari Gwalior. Ibunda Devyani adalah seorang wanita India yang merupakan putri dari maharaja Gwalior yang terkenal sangat kaya raya. Ia juga memandang rendah kekayaan keluarga kerajaan Nepal. Dengan blak-blakan ia mengatakan bahwa ia khawatir dengan masa depan putrinya apabila ia menikah dengan Dipendra, takut kaum keluarga Shah tidak mampu memenuhi kebutuhan anaknya yang terbiasa hidup bergelimang kemewahan. Pernyataan ibunda Devyani itu justru malah membuat pihak istana berpikir bahwa Devyani merupakan seorang gadis yang sangat ambisius.
Seringkali Dipendra dan Devyani bertukar hadiah mewah ketika sedang berlibur ke luar negeri. Sebuah sumber mengatakan jika jumlah tabungan Devyani di beberapa bank berbeda di Nepal berjumlah lebih dari 5 juta Rupee, sedangkan jumlah tabungan Dipendra yang diperbolehkan pemerintah hanya sekitar 2,4 juta Rupee.
Halangan Tidak Mengurangi Kuatnya Cinta
Ratu Aishwarya memang dikenal sebagai sosok yang lebih keras dan lebih blak-blakan ketimbang suaminya, Raja Birendra, begitupun untuk urusan calon menantu. Wanita yang dikenal sebagai salah satu ikon fashion Nepal ini, menurut beberapa sumber, adalah yang paling tidak setuju dengan hubungan percintaan yang sedang dijalin oleh putra sulungnya dengan Devyani. Menurut beberapa sumber, darah India Devyani merupakan salah satu permasalahan utamanya, mengingat hubungan antara India dan Nepal pada saat itu sedang dalam situasi memanas. Selain itu, ayah Devyani— Pashupati Shamsher Jang Bahadur Rana, berasal dari klan yang selama ini memiliki hubungan yang tidak baik dengan keluarga Dipendra. Ada juga rumor yang menyebutkan jika sang ratu yang menyukai seni ini takut jika popularitas dan pesonanya dikalahkan oleh Devyani. Bahkan peramal istana juga meramalkan jika ramalan bintang Dipendra dan Devyani tidak berjodoh, dan akan terjadi sesuatu yang buruk jika mereka berdua tetap dinikahkan. Pihak istana telah menutup segala kemungkinan yang ada untuk mengangkat Devyani sebagai menantu mereka.
Ratu Aishwarya, permaisuri Nepal yang gemar menulis puisi dengan menggunakan nama pena Chadani Shah. Ia juga merupakan seorang penulis lagu terkenal di Nepal.
Meski pihak istana menentang hubungannya dengan Devyani, Dipendra tetap kukuh dengan pendiriannya untuk menjadikan Devyani sebagai permaisurinya. Kedua sejoli ini malah semakin intens melakukan beberapa pertemuan, baik secara rahasia maupun terang-terangan di hadapan publik.
Beberapa ajudan dan pengawal pribadi Dipendra seringkali menjemput Devyani dari kediamannya, Bijay Bas, untuk dibawa kepada Dipendra. Seringkali sang pangeran juga akan menunggu sang gadis di pintu samping dan menghubungi ponselnya terlebih dahulu, maka Devyani akan keluar menghampiri kekasihnya itu. Mereka tidak pernah melakukan pertemuan melalui pintu utama rumah mewah itu.
Ketika Pangeran Dipendra menjalani latihan parajumping untuk yang pertama kalinya, ia menghubungi Devyani dan menyatakan jika ia tidak ingin melakukan penerjunan tanpa lebih dahulu menyantap sarapan yang dibuatkan oleh Devyani. Mendengar hal itu, Devyani segera mengantarkan makanan hasil masakannya ke bandara tempat Dipendra berlatih. Pangeran Dipendra menyantapnya dengan lahap. Kemudian Devyani berangkat menuju ke tepi Sungai Manahara, tempat dimana sang pangeran akan melakukan pendaratan pertamanya. Setelah mendarat dengan sempurna, Pangeran Dipendra mengantarkan Devyani ke rumahnya, lalu ia sendiri segera pulang ke istana setelah itu.
Sementara belum ada kepastian dari Dipendra mengenai masa depan hubungan mereka, lamaran untuk meminang Devyani datang dari beberapa keluarga bangsawan kaya India. Salah satu dari si pelamar bahkan sangat berniat untuk menjadikan Devyani sebagai istrinya dan berencana ingin melakukan pertemuan keluarga. Devyani yang mengetahui jika dirinya tidak diterima oleh orangtua Dipendra, segera menceritakan hal itu pada sang kekasih. Ia meminta agar Dipendra segera membuat keputusan atas hubungan mereka berdua. Diceritakan oleh sebuah sumber, ketika mendengar hal itu, Dipendra segera datang ke Bijay Bas sambil membawa sebotol racun. Ia mengancam akan menghabisi nyawanya sendiri dengan racun itu apabila Devyani tidak menikah dengannya. Hal itu menyebabkan orangtua Devyani segera menolak permintaan orang yang melamar putri mereka itu, sembari meminta maaf karena mereka tidak dapat menikahkan sang putri dengannya.
Halangan dari Wanita Lain
Pangeran Dipendra, putra mahkota Nepal.
Menjadi pewaris utama takhta kerajaan menjadikan Dipendra memiliki pesona tersendiri. Beberapa bangsawan berlomba-lomba untuk menjodohkan putri mereka dengan sang putra mahkota. Dari semua pelamar itu, terpilihlah tiga gadis yang dinilai istana sebagai sosok yang ideal sebagai calon permaisuri Nepal di masa depan : Garima Rana, Supriya Shah dan Devyani Rana.
Meskipun Garima memiliki pendidikan yang bagus, ia bukanlah pilihan utama pihak istana. Seorang mantan ajudan kerajaan mengatakan bahwa pada awalnya ia pernah mendengar ratu menolak Supriya, dengan alasan hubungan kekerabatan yang dekat dan tidak layaknya Supriya menjadi seorang ratu. Supriya merupakan cucu dari saudara kandung Ibu Suri Ratna. Meski begitu, ibu suri tidak keberatan dan justru mendukung Supriya menjadi calon permaisuri Nepal. Raja Birendra hanya bersikap netral berkenaan dengan hal itu. Ia berada di tengah-tengah istri dan ibunya. Namun belakangan sang ratu melunak dengan alasan : Supriya lebih baik daripada Devyani di dalam beberapa hal.
Supriya Shah, wanita yang menjadi saingan berat Devyani di dalam merebut cinta sang pangeran.
Ratu Aishwarya tidak menginginkan darah India Devyani menjadi bagian dari istana Nepal. Latar belakang keluarga ibu Devyani yang bermarga Scindia dianggap tidak selevel dengan marga keluarga kerajaan Nepal. Meski berstatus sebagai bangsawan Gwalior, fakta sejarah menunjukkan jika leluhur Scindia terlebih dahulu harus menjalani sebuah ritual sanskritisasi untuk memperoleh kasta Kshatriya. Hal itu tentu berbeda dengan klan Shah yang sedari asalnya murni berkasta Kshatriya. Selain itu ayah Devyani yang bermarga Rana juga menjadi pertimbangan tersendiri. Meski perkawinan antar marga Rana dan Shah di istana Nepal sangat lumrah terjadi, ratu tidak ingin istana harus berbagi kekuasaan dengan klan Rana. Di masa lampau, klan Rana yang biasanya turun-temurun menjadi perdana menteri Nepal pernah berjaya dan menekan pihak keluarga Shah (keluarga penguasa Nepal). Raja Shah pada masa itu -- Raja Tribuvhan, kakek buyut Dipendra-- kabur ke India untuk menyelamatkan dirinya bersama kaum keluarganya. Klan Rana mengambil alih kekuasaan pada masa itu. Namun atas bantuan India, klan Shah berhasil mengambil alih kekuasaan secara penuh serta memecat perdana menteri Rana pada masa itu. Itulah sebabnya Ratu Aishwarya lebih memilih Supriya yang bermarga Shah ketimbang Devyani Rana.
Meski sedang menjalin hubungan dengan Devyani, Dipendra juga dikabarkan berkencan dan berpacaran dengan Supriya. Bahkan kabarnya ia juga lebih dari sekedar suka kepada Supriya. Namun seringkali ia juga berjalan dengan Devyani dan menampakkan kemesraan mereka kepada khalayak umum.
Garima yang masih merupakan kerabat dekat Devyani, baru menyadari jika Dipendra sedang menjalin hubungan dengan Devyani. Ia memilih untuk mundur dan menikah dengan pria lain. Pada akhirnya, secara perlahan-lahan Supriya pun mulai menarik dirinya. Meski hanya Devyani satu-satunya pilihan yang tersisa, pihak istana tetap bersikeras menolaknya. Namun Pangeran Dipendra tetap bersikukuh untuk menjadikan Devyani sebagai permaisurinya. Konon pendirian Dipendra inilah yang dipercaya sebagai pemicu terjadinya tragedi berdarah di acara makan malam anggota keluarga kerajaan Nepal ( baca juga: Tragedi Berdarah yang Meruntuhkan Kerajaan Nepal ).
Petaka di Malam Naas
Istana Narayanhiti, tempat dimana keluarga Raja Birendra tewas dibantai.
Acara makan malam keluarga rutin diadakan oleh kerajaan Nepal setiap bulannya. Pesta malam itu berlangsung pada tanggal 1 Juni 2001. Hampir seluruh kerabat keluarga kerajaan menghadiri acara tersebut, kecuali adik kandung raja— Pangeran Gyanendra, yang sedang berada di luar negeri. Tanpa pernah mereka duga sebelumnya, Pangeran Dipendra yang mabuk berat tega menghabisi hampir seluruh anggota keluarganya dengan menggunakan dua senjata semi-otomatis dan sebuah pistol di malam itu. Raja dan ratu tewas seketika, sementara Dipendra berusaha untuk membunuh dirinya sendiri dengan senjata yang dibawanya.
Menurut kabar yang beredar, sebelum tragedi itu terjadi, Dipendra bertengkar dengan ibunya mengenai niatan hatinya yang ingin mempersunting Devyani. Ibunya memberi pilihan yang sulit untuknya : menikahi Devyani namun merelakan gelarnya sebagi putra mahkota dicabut, ataukah tetap menjadi calon raja Nepal dengan memilih wanita yang lain sebagai istrinya. Belakangan ratu disebut-sebut memperbolehkan sang putra untuk menikahi Devyani, asalkan Devyani hanya dijadikan sebagai selir saja. Disebutkan bahwa Devyani menolak hal itu dan mendesak Dipendra untuk menjadikannya sebagai permaisuri.
Entah apakah kabar mengenai cekcoknya ratu dengan Dipendra itu benar atau tidak, faktanya tragedi yang memilukan itu masih menyisakan tanda tanya besar. Konon, wajah sang ratu sukar dikenali dan mengalami kerusakan yang sangat parah akibat insiden tersebut, sehingga ketika proses kremasi dilakukan, mereka terpaksa menutup bagian wajah sang ratu dengan topeng porselen yang menyerupai wajah aslinya. Hal itu jelas saja mengarahkan pemikiran orang-orang kepada kebenaran isu pertengkaran antara ibu dan anak tersebut.
Menurut laporan resmi penyelidikan, Dipendra sempat beberapa kali menghubungi Devyani melalui ponselnya. Mereka mendapatkan pernyataan terekam Devyani melalui Kedutaan Besar Nepal di New Delhi, India. Devyani menolak untuk membeberkan isi percakapan mereka. Ia beralasan jika itu menyangkut hal yang pribadi. Ia hanya membuka isi percakapan terakhir mereka yang berlangsung selama selama 32 detik, dimana Dipendra mengatakan : "Aku sedang ingin tidur sekarang...Selamat malam. Kita akan berbicara lagi besok." ( Lihat juga: Kronologi Tragedi Pembantaian Keluarga Kerajaan Nepal )
Selama sang pangeran mempertaruhkan hidup dan matinya di ranjang rumah sakit, Devyani terbang ke India untuk menghindari media dan tudingan orang-orang yang menyalahkan dirinya sebagai penyebab dari tragedi itu. Pangeran Dipendra diangkat sebagai raja ketika mengalami koma. Tiga hari kemudian, pada tanggal 4 Juni 2001, tanpa pernah terbangun dari komanya, Pangeran Dipendra melepaskan segala impian dan cintanya melalui kepergiannya untuk selama-lamanya. Ia pergi menuju ke tempat peristirahatan terakhirnya tanpa ditemani oleh cinta sejatinya, Devyani Rana. Meski raganya telah habis terbakar oleh api suci, rasa cinta dari rakyatnya masih tetap tersisa bagi sang pangeran. Tidak sedikit rakyat Nepal yang meragukan kebenaran dari hasil penyelidikan resmi pihak istana. Bahkan sejumlah teori konspirasi hadir untuk menepis dugaan bersalahnya sang pangeran.
Hidup Tanpa Cinta Sang Pangeran
Devyani Rana dan suaminya ketika sedang menjalani prosesi pernikahan di India.
Tahun demi tahun berlalu, kian memperlebar rentang waktu dengan tragedi masa lalu yang memilukan. Devyani Rana mulai menata kehidupan barunya di India. Ia tidak ingin pulang kembali ke negaranya. Ia juga tidak ingin membagikan kisah hidupnya pada media. Devyani tidak bersedia untuk memberikan keterangan apapun yang berkaitan dengan kerajaan Nepal.
Pada tahun 2004, dia berhasil meraih gelar master dari London School of Economics. Sekarang dia bekerja di United Nation Development Programme (Badan Program Pembangunan PBB).
Apakah jejak cinta sang pangeran masih membekas di hati? Entahlah, hanya Devyani yang mampu menjawabnya. Tapi yang jelas sekarang ia telah menjalani kehidupan barunya bersama Kunwar Aishwarya Singh of Singrauli, pria bangsawan India yang telah dinikahinya pada tanggal 23 Februari 2007 lalu.
( Referensi : wikipedia; Nepalitimes.com)
(Silahkan tinggalkan komentar Anda. Terimakasih telah berkunjung ke blog saya.)
Belum ada tanggapan untuk "TRAGEDI ASMARA PUTRA MAHKOTA NEPAL"
Posting Komentar