Voynich bukan merupakan nama penulis ataupun isi tulisan dari teks manuskrip ini. Nama Voynich diambil dari nama seorang pedagang buku eksentrik yang dulunya pernah menjadi salah seorang dari pemilik buku ini. Pada tahun 1912, Wilfrid M. Voynich telah menemukan buku ini di antara buku-buku yang dijual oleh kaum Yesuit di Villa Mondragone, Italia. Ia pulalah orang yang mengangkat manuskrip ini ke permukaan hingga menimbulkan kehebohan bagi beberapa kalangan, terutama para peneliti yang ingin menelisik misteri di balik buku ini. Pria cerdas ini mengaku jika ia telah mencoba untuk mempelajari buku ini selama 7 tahun semenjak ia membelinya untuk menguraikan isi buku ini dengan tujuan agar mampu mengungkap misterinya.
Kata "Manuskrip" berasal dari bahasa Latin "Manus" dan "Script" yang berarti "ditulis dengan tangan". Meski hanya ditulis tangan, kelihaian penulis manuskrip ini sudah tidak diragukan lagi. Ia tertulis dengan rapi dari kiri ke kanan, bahkan tidak ditemui adanya koreksi di sini. Setiap kata dipisahkan dengan jarak spasi yang sempit. Ilustrasinya tergambar dengan apik. Tidak ada keraguan yang tampak dalam setiap goresan penanya. Semua hal itu menimbulkan kesan bahwa si penulis tidak membuatnya dengan setengah-setengah.
Buku ini tergolong agak kecil untuk buku sejenisnya. Ia memiliki ukuran panjang 23,5 cm, lebar 16,2 cm dan ketebalan 5 cm. Setiap lembar halamannya terbuat dari kulit sapi muda yang telah diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah perkamen yang disebut vellum.
Berdasarkan analisis modern yang menggunakan metode Polarized Light Microscopy (PLM), terlihat bahwa buku ini ditulis dengan menggunakan pena bulu dan tinta iron gall.
Berdasarkan bentuk kolom tulisannya yang tertulis rapi di sisi kiri, namun agak tidak rata di bagian kanan, membuktikan bahwa manuskrip ini ditulis dari kiri ke kanan seperti format tulisan sebagian besar bahasa di bumi seperti yang kita ketahui sekarang. Dari tampilan buku ini, terlihat bahwa ia menyerupai manuskrip-manuskrip kuno Eropa. Namun bahasa yang digunakan untuk menulis teksnya sama sekali tidak mirip dengan tulisan dan bahasa-bahasa di Eropa, setidaknya yang dikenal dari masa lampau hingga masa kini.
Terdapat pula beberapa ilustrasi yang melengkapi buku ini. Jika Anda menganggap bahwa kehadiran ilustrasi mampu membantu Anda untuk mengungkap rahasia buku ini, maka bisa jadi anggapan Anda itu salah. Faktanya, ilustrasi buku ini malah semakin menambah kesan aneh dan misterius. Gambar-gambarnya memang tidak abstrak. Ia memenuhi beberapa unsur yang membuktikan bahwa ia memang berasal dari objek-objek yang ada di bumi ini. Namun sebagian besar gambarnya menimbulkan beberapa tafsiran berbeda. Jarang sekali ditemui adanya gambar yang dapat diartikan dengan mutlak. Contohnya saja pada beberapa gambar tumbuhan yang ada di buku itu tidak ada yang dapat diidentifikasi dengan tepat. Dari unsur strukturnya, ia terlihat seperti struktur tumbuhan kebanyakan yang memiliki bunga, akar, daun serta batang. Hanya saja tidak bisa diidentifikasi dengan jelas, bahkan oleh para ahli botani sekalipun.
Disamping hal-hal yang menyulitkan tadi, ternyata ada sedikit hal dari ilustrasi buku ini yang bisa membantu untuk proses penguraian misterinya. Meski tak terdapat judul, sub judul maupun bab, justru keberadaan ilustrasinya mampu membagi buku ini ke dalam beberapa bagian. Ilustrasi-ilustrasi yang dimilikinya nampak seperti tersusun rapi dari halaman awal dan seterusnya, membentuk kelompok-kelompok segmen yang menyerupai bab pada sebuah buku pada umumnya. Atas dasar inilah, maka para ahli membagi Manuskrip Voynich menjadi 6 bagian, yaitu bab Herbal (kadang juga disebut "botani"), bab Astrologi (kadang disatukan dengan "kosmologi"), bab Biologi (kadang disebut "balneologi" karena terdapat beberapa gambar gadis tanpa busana yang sedang berendam di dalam cairan hijau),bab farmasi serta bab resep.
Di era abad pertengahan, ilmu sains, pengobatan, matematika, seni, agama hingga sihir maupun klenik tidak memiliki batasan yang jelas seperti pada saat ini. Gabungan keseluruhan ilmu ini dinamakan Alkimia (atau "Alchemical" di dalam bahasa Inggris). Ahli ilmu itu umumnya disebut sebagai alchemist. Sepintas tampilan Manuskrip Voynich serupa dengan buku-buku yang umumnya dimiliki dan ditulis oleh para alchemist, baik dari segi teks maupun ilustrasinya. Tidak heran jika ada sebuah teori yang mengatakan jika buku ini ditulis oleh seorang alchemist ternama Inggris yang hidup di abad ke-13, Roger Bacon.
Kemungkinan besar penampilan Manuskrip Voynich yang sekarang berbeda dengan ketika awal ia dibuat. Perbedaan itu bukan hanya dari segi perubahan fisik karena faktor usia, namun juga dari perubahan yang ada ketika ia berpindah tangan dari satu pemilik ke pemilik lainnya. Contohnya saja bagian sampul terluarnya yang terbuat dari kulit kambing baru ditambahkan ketika ia ada di dalam kepemilikan Collegio Romano, sebuah kolese kaum Katholik Yesuit di Italia. Terdapat juga beberapa lubang yang dibuat oleh serangga pada halaman pertama dan terakhir buku ini. Hal itu membuktikan bahwa sampul yang terbuat dari kulit kayu itu telah ada sebelum sampul kulit kambing ditambahkan.
Sebagian halaman Manuskrip Voynich tidak lengkap. Ada beberapa halaman yang menghilang. Kondisi ini sudah ada semenjak ia dimiliki oleh Voynich. Dari total 272 halaman, hanya 240 yang tersisa. Jumlah 240 ini bukanlah hitungan mutlak, sebab beberapa halaman ada yang memanjang dan dapat dilipat. Jadi jumlah halaman masing-masing hitungannya berbeda, tergantung dari bagaimana Anda menghitung halaman yang terlipat itu. Seringkali ilustrasi ataupun teks akan memanjang memenuhi halaman yang bisa dilipat itu.
Pada tahun 2014, dilakukan tes protein yang membuktikan bahwa perkamen yang digunakan terbuat dari kulit sapi muda. Dari hasil analisis multi-spektral, didapati bahwa perkamen yang umum disebut vellum itu tidak ditulisi sebelum masa manuskrip itu dibuat. Perkamen itu dibuat dengan sangat cermat, namun terdapat beberapa kecacatan. Meski begitu, ia termasuk ke dalam kualitas terbaik di antara perkamen rata-rata pada zaman itu. Beberapa halaman Manuskrip Voynich memiliki perkamen yang lebih tebal dibandinglan pada halaman lainnya. Contohnya pada folio 42 dan 47.
Pada tahun 2009, peneliti dari Universitas Arizona telah mengambil sampel vellum untuk mengujinya di laboratorium. Berdasarkan hasil tes radiokarbon, manuskrip Voynich diduga berasal dari awal abad ke -15, antara tahun 1404 hingga 1438.
Teks Manuskrip Voynich terdiri lebih dari 170.000 karakter. Tidak diketahui dengan jelas huruf dan bahasa yang digunakan. Kemungkinan besar ia adalah huruf yang diciptakan sendiri. Setiap kata dipisahkan dengan jarak spasi yang sempit. Ada sekitar 15-20 jenis huruf yang berbeda di dalamnya. Namun jumlah ini pun tidak bisa menjadi patokan, karena tidak diketahui dengan pasti apakah karakter itu sebuah huruf ataukah tanda baca. Tidak ditemukan tanda baca yang jelas pada teksnya. Kalaupun ada, mungkin ia telah berbaur di antara karakter aneh yang tersebar di tiap halaman manuskrip ini. Ketidakhadiran tanda baca memang lumrah terdapat di buku-buku kuno Eropa. Setiap kata ditulis tanpa keraguan dan hanya terdapat satu hingga dua goresan pena saja untuk menulisnya, layaknya sebuah bahasa yang memang sudah sangat dikuasai oleh si penulis. Jika dilihat dari aspek ini maka teori yang mengatakan jika Manuskrip Voynich hanyalah berisi tipuan menjadi kecil peluangnya.
Penyebaran abjad di dalam teksnya terkadang terlihat natural, namun tidak jarang juga terlihat agak janggal. Ada beberapa karakter yang muncul pada beberapa kata yang berada di posisi paling depan untuk mengawali kata, namun di kata yang lain ia akan dijumpai di bagian tengah ataupun akhir, atau dengan kata lain tidak jelas yang mana akhiran, awalan ataupun kata dasar. Para ahli telah berusaha untuk mengurai isi buku ini, namun belum juga didapatkan titik terang. Yang ada hanyalah teori-teori yang saling bertentangan satu sama lain. Ada yang mengatakan bahwa ia hanya berisi tulisan-tulisan tanpa makna, namun ada pula yang mengatakan jika tulisan Manuskrip Voynich memenuhi aturan linguistik. Kedua teori yang saling bertentangan itu tentunya tidak asal dikeluarkan begitu saja. Para ahli yang sudah berpengalaman di bidangnya telah berusaha di dalam jangka waktu yang lama untuk menyimpulkan teori-teori itu.
Tinta berwarna cokelat digunakan untuk menulis teks Manuskrip Voynich. Berdasarkan analisis modern, tinta yang digunakan ialah jenis tinta iron gall, yang terbuat dari garam besi serta asam tannic yang bersumber dari sayur-sayuran.
Tidak ada kata yang kurang dari 2 karakter dan lebih dari 10 karakter di dalam Manuskrip Voynich. Hal ini membuatnya menjadi agak berbeda dengan bahasa Eropa pada umumnya. Terkadang juga ditemukan teks-teks yang tidak lazim, yang pada satu kalimatnya memuat kata yang berulang secara berturut-turut. Jika hanya dua atau tiga kali, mungkin masih lumrah. Tapi yang terlihat tidak biasa ialah pengulangan satu kata sebanyak lima kali berturut-turut di dalam satu kalimat, membuatnya terlihat seperti sejenis mantra ataupun barisan kata-kata yang tidak bermakna. Kalaupun teks manuskrip ini merupakan suatu sandi rahasia, tentunya amat sulit untuk proses enskripsinya. Hampir tidak bisa dijumpai adanya substitusi karakter atau alfabet jika ditinjau dari pola distribusi karakternya.
Semua hal yang terdapat di dalam Manuskrip Voynich sangat terlihat misterius dan aneh. Semakin ia dipelajari dan diteliti, semakin sulit pula misterinya terurai. Selama ini penelitian dan pencarian panjang para ahli hanya berbuahkan daftar panjang pertanyaan mengenai misteri Manuskrip Voynich yang mungkin tak kunjung terjawab dalam waktu dekat.
(Referensi: wikipedia.com)
(Silahkan tinggalkan komentar Anda. Terimakasih telah berkunjung ke blog saya.)
Belum ada tanggapan untuk "MANUSKRIP VOYNICH : ENIGMA DI BALIK SEBUAH KARYA TULIS"
Posting Komentar