Cari Blog Ini

KRONOLOGI TRAGEDI PEMBANTAIAN KELUARGA KERAJAAN NEPAL VERSI WIKIPEDIA

(Sebelumnya saya telah menuliskan kronologi resmi tragedi pembantaian keluarga kerajaan Nepal. Kali ini saya sengaja menuliskan kembali kronologi lengkapnya, berdasarkan pada apa yang tertulis di dalam Wikipedia bahasa Inggris, untuk melengkapi kronologi yang sebelumnya. Postingan kali ini secara lengkap menyajikan gambaran peristiwa secara lebih hidup. Berbeda dengan kronologi pada postingan sebelumnya yang hanya berpatokan pada garis waktu ketika tragedi itu terjadi.)


Istana Narayanhiti


Malam itu, pada tanggal 1 Juni 2001, beberapa anggota keluarga kerajaan Nepal mengadakan makan malam di istana, yang rutin mereka gelar setiap sebulan sekali sebagai ajang silaturahmi. Pada awalnya, segala sesuatunya berjalan seperti biasa pada malam itu. Namun siapa yang menyangka jika acara rutin keluarga itu pada akhirnya akan berubah menjadi petaka.



Berdasarkan laporan resmi, pada saat makan malam, putra mahkota Nepal, Pangeran Dipendra, menenggak banyak alkohol dan menghisap sejumlah besar ganja. Ia juga bersikap tidak pantas kepada salah seorang tamu. Hal itu menyebabkan ayahnya, Raja Birendra, memintanya untuk meninggalkan pesta itu. Pangeran Dipendra diantarkan menuju ke kamarnya oleh saudaranya— Pangeran Nirajan, serta sepupunya— Pangeran Paras.



Sekitar satu jam kemudian, Dipendra keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ke ruang tempat pesta berlangsung. Ia mengambil sebuah senjata SPAS-12 dari sebuah tas yang berisikan beberapa senjata. Senjata lainnya yang terdapat di dalam tas itu diantaranya adalah sebuah senjata submesin H&K MP5 dan sepucuk senapan M16. Dia masuk ke dalam ruangan tersebut dan menembakkan SPAS-12, yang hanya dalam sekali tembak mengenai ayahnya. Lalu ia menembak ke arah langit-langit ruangan itu selama beberapa kali. Ketika anggota keluarganya yang lain sibuk menolong Raja Birendra yang tertembak, Dipendra pergi ke luar sambil mengambil senapan M16 dari tasnya. Setelah itu ia kembali ke ruangan tadi. Ia mendekati ayahnya yang terbaring di lantai dan bersiap-siap ingin menembak ayahnya lagi. Pamannya, Dhirendra, segera memohon padanya agar ia tidak melakukan hal itu. Alih-alih menghiraukan permohonan sang paman, Dipendra malah menembak Dhirendra tepat di titik mematikan di dadanya, sehingga Dhirendra tewas seketika. Nyawa Dhirendra menjadi yang pertama direnggut pada peristiwa berdarah malam itu.



Amukan peluru yang ditembakkan Dipendra secara bertubi-tubi mengenai dada Kumar Khadga, sehingga nyawa Khadga tidak mampu diselamatkan lagi. Melihat suaminya menjadi korban amukan Dipendra, Putri Sharada segera berlari dan memeluk tubuh Khadga. Tanpa pikir panjang, Dipendra menembak punggung bibinya itu selama berkali-kali, dan Putri Sharada pun tewas di tempat.




Dipendra kemudian menembak saudara iparnya, Kumar Gorakha. Pelurunya mengenai wajah dan tangan Gorakha. Gorakha terjatuh ke sofa yang ada di dekatnya dan meraung kesakitan. Melihat keadaan Gorakha, Putri Shruti segera berlari menghampiri suaminya itu. Namun naas baginya, sebab pistol sang kakak nampaknya tidak mampu membedakan siapa kawan dan siapa lawan. Rumor yang menyatakan bahwa kasih sayang Pangeran Dipendra amatlah besar pada kedua adiknya nampak seperti tidak ada artinya pada malam itu. Dipendra tega menembak saudarinya itu tepat ke arah dadanya, sehingga tubuh Putri Shruti yang sudah tidak bernyawa jatuh terlentang menutupi tubuh suaminya.




Berdasarkan kutipan dari laporan resmi yang disampaikan oleh komite penyelidikan kasus tersebut di Kathmandu, di menit-menit terakhirnya, Raja Birendra sempat berupaya untuk untuk menghentikan aksi Dipendra yang membabi buta dengan cara menembak Dipendra. Namun upaya terakhir sang raja gagal dilakukan. Menurut laporan tersebut, Dipendra menjatuhkan pistol submesin otomatis MP5 9mm yang dimilikinya, ketika ia masuk kembali ke ruangan bilyar untuk yang kedua kalinya. Raja Birendra segera mengambil pistol itu. Namun tanpa diduga, ternyata saudarinya, Putri Shova Shahi segera merebut pistol itu dari tangan sang raja, dan segera mengosongkan seluruh magasin senjata itu. Putri Shova beralasan dia melakukan hal itu karena dia meyakini jika pistol itu adalah satu-satunya senjata yang dibawa oleh Dipendra pada malam itu. Tanpa diduga olehnya, ternyata Dipendra yang membawa senapan sedang berjalan ke arahnya, dan menembak punggungnya sebanyak sembilan kali. Namun beruntung, nyawa Putri Shova masih tertolong.



Selagi Dipendra sibuk menembaki bibinya, Pangeran Paras yang hanya mengalami luka tembak ringan segera menyelamatkan tiga anggota keluarga kerajaan, termasuk dua anak kecil, dengan cara menarik sebuah sofa untuk dijadikan sebagai pelindung.



Kutipan laporan tersebut merupakan penuturan dari Putri Shova kepada komisi penyelidik. Namun Pangeran Paras juga menguatkan pernyataan bibinya itu dengan mengatakan, "dia (Putri Shova) pasti mengira jika (pistol) itu adalah satu-satunya senjata yang dimiliki oleh Dai (Dipendra) pada saat itu. Namun aku melihat bahwa dia membawa banyak senjata."



Dipendra lalu mengalihkan pandangannya kepada Putri Komal yang sedang duduk di atas sofa, di sebelah Putri Shanti. Ia menembakkan senjatanya. Kali ini pelurunya mengenai dada Komal. Tetapi nyawa sang putri masih bisa diselamatkan.



Pistol Dipendra kembali memakan korban. Targetnya kali ini adalah Putri Shanti. Timah panas yang bersarang di rongga perut Putri Shanti menyebabkan nyawa sang putri tidak dapat tertolong lagi.



Dipendra melihat Putri Jayanti yang sedang mencoba meminta bantuan melalui panggilan ponselnya. Hantaman peluru yang bertubi-tubi mengenai dadanya, membuat Putri Jayanti tewas seketika. Ketaki Chester, adik Putri Jayanti yang ada di dekat situ, memohon sambil menghiba pada Dipendra. Dipendra segera menembak bahunya. Masih membekas di benak Chester bagaimana Dipendra memeriksa mereka satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada yang masih hidup dengan cara melihat pergerakan mereka. Chester yang terbaring di samping jasad saudarinya tidak luput dari pemeriksaan itu. Dipendra melihat darah mengaliri wajah Chester dan meyakini jika ia sudah tewas.




Dipendra menghampiri Pangeran Paras yang sedang berusaha melindungi beberapa anggota keluarga kerajaan. Paras membujuk Dipendra agar ia menghentikan itu semua. Seolah menyetujui permintaan Paras, tanpa mengucapkan sepatah katapun, Pangeran Dipendra segera berjalan keluar dari ruangan itu.



Sebagaimana diceritakan belakangan, Ratu Aishwarya yang kebetulan memasuki ruangan itu bertepatan dengan masa ketika tembakkan-tembakan pertama terjadi, segera berlari keluar dari ruangan itu untuk mengikuti Dipendra dan menanyakan padanya apa alasan sebenarnya dibalik itu semua. Ratu ditemani oleh Pangeran Nirajan, adik dari Pangeran Dipendra.



Di taman, Dipendra menembak dada Nirajan, sehingga nyawa sang adik tak dapat tertolong lagi. Ibunda ratu mengikuti putranya, naik menyusuri tangga ke arah taman. Ia menangis sambil bertanya pada putra sulungnya mengenai apa yang sedang ingin ditunjukkan olehnya dengan cara melakukan itu semua. Tanpa menghiraukan pertanyaan sang ibu, Pangeran Dipendra segera membalikkan badannya dan menodongkan senjatanya ke arah ibunya yang sedang berusaha untuk kabur. Namun terlambat, peluru yang beberapa kali menghantam punggung dan tengkuk Ratu Aishwarya membuatnya langsung jatuh tersungkur ke lantai dan terguling-guling di tangga.



Dipendra berjalan ke arah sebuah jembatan kecil yang melintang di atas kolam di taman. Setibanya di atas jembatan, ia menembak dirinya sendiri sebanyak enam kali ke arah punggung, dan satu kali ke arah tangan kirinya. Sang pangeran menderita luka serius dan dilarikan ke rumah sakit.




Foto kenangan anggota keluarga Raja Birendra Bir Bikram Shah Dev. Seluruh orang yang ada di dalam foto ini telah tiada di dalam tragedi 1 Juni 2001.




Dipendra yang mengalami masa kritis diangkat sebagai raja secara de jure menggantikan ayahnya yang telah tiada. Tiga hari kemudian, tanpa pernah terbangun dari komanya, Raja Dipendra menghembuskan nafas terakhirnya dan dikremasi sesuai protokoler kerajaan, tanpa dihadiri oleh satupun kerabatnya.



( Diterjemahkan dari: Wikipedia English )

Baca di sini untuk lebih mengenal para tokoh yang terdapat di dalam kronologi tragedi pembantaian keluarga kerajaan Nepal.


Lihat juga :

1) Kronologi Resmi Tragedi Pembantaian Keluarga Kerajaan Nepal

2) Tragedi Asmara Putra Mahkota Nepal


(Silahkan tinggalkan komentar Anda. Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya.)

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "KRONOLOGI TRAGEDI PEMBANTAIAN KELUARGA KERAJAAN NEPAL VERSI WIKIPEDIA"

Posting Komentar